Senin, 22 Februari 2016

Kajian Tentang Metodologi Ilmu Dakwah



BAB I:PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama terakhir yang Allah jadikan sebagai agama penutup serta penyempurna bagi ajaran-ajaran sebelumnya, dengan Muhammad sebagai akhirul anbiya’ penutup risalah-risalah-Nya. Kerena agama Islam adalah agama penyempurna ajaran-ajaran sebelumnya sudah seharusnya bersifat universal, yang mencakup segala macam aspek kehidupan, mulai dari hal yang sangat kecil seperti memberi senyuman  kepada sesama hingga masalah kehidupan yang sang pelik seperti masalah perekonomian, politik, perdagangan, dan lain sebaginya.
Namun seiring berjalannya waktu dan berkembangnaya ilmu pengetahuan muncullah berbagai problema-problema kontemporer yang membutuhkan ijtihad para ulama untuk menyelesaikan problema tersebut, akan teapi dalam memahami suatu ijtihad terdapat banyak perbedaan dikalangan masyarakat, ada yang memahaminya dengan baik dan benar, dan ada pula yang salah dalam memahaminya. Hal tersebut sudah sangat lumrah di kalangan masyarakat awam, maka tugas para da’I  adalah bagaimana meluruskan pemahaman mereka yang salah agar menjadi benar.
Dalam mata kuliah Ilmu Dakwah ini kita mempeajari definisi ilmu dakwah, objeknya, secara formal maupun meteril, metodologi ilmu dakwah, dan yang lain sebagainya. Bagi calon da’I yang ingin berdakwah dan membela agama Islam, terlebih dahulu harus mempersiapkan diri lahiriah maupun batiniah.karena didalam berda’wah sangat  membutuhkan ilmu pengetahuan sebagai dasar dari kita berda’wah dimasyarakat luas kelak.
Seperti yang diterangkan diatas, makalah ini akan membahas tentang metodologi ilmu dakwah.

1.2. Rumusan Masalah
Jadi dari apa yang jelaskan diatas, saya dapat mengambil beberapa rumusan-rumusan masalah:
a)                   Apa yang dimaksud dengan metodologi?
b)                   Apa pendekatan yang diperlukan dalam berdakwah?
c)                   Apa saja metode dalam berdakwah?

pengamat adalah merupakan ciri yang melekat pada bentuk pemikiran teologis. Karena sifat dasarnya yang partikularistik, maka, dengan mudah kita dapat menemukan teologi Kristen dan katolik, teologi krististen protestan dan begitu seterusnya. Dan jika diteliti lebih mendalam  lagi, dan intern umat Bergama tertentu pun masih dapat dijumpai berbagai paham atau sekte keagamaan.

2.2.2 Pendekatan Sosiologis
Sebelum itu kita harus mengetahui arti dari sosiologi. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat, dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia. Dari definisi tersebut, sosiologi dapat sigunakan sebagai salah satu  oleh pendekatan dalam memahami agama. hal demikian dapat dimengerti, karena banyak bidang kajian agama yang baru dapat difahami secara proporsional dan tepat apabila menggunakan jasa bantuan dari ilmu sosiologi. Dalam agama Islam dapat dijumpai peristiwa nabi yusuf yang dahulu menjadi budak lalu akhirnya menjadi penguasa mesir. Mengapa dalam melaksanakan tugasnya Nabi Musa dibantu dengan Nabi Harun, dan masih banyak lagi contoh yang lain. Beberapa peristiwa tersebut baru dapat dijawab dan sekaligus ditemukan hikmahnya dengan bantuan ilmu sosial. Tanpa ilmu ilmu sosial peristiwa-peristiwa itu sulit dijelaskan dan sulit dipahami maksudnya. Disinalah letak sosiologi sebagai salah satu alat dalam memahami ajaran agama.

2.2.3 Pendekatan kebudayaan
            Dalam kamus bahasa Indonesia, kebudayaan diartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seprti kepercayaan, kesenian, adat istiadat dan berarti pula kegiatan (usaha) batin (akal dan sebaginya) untuk menciptakan sesuatu yang termasuk hasil kebudayaan[1]. Sementara itu Sultan Takdir Alisjahbana mengatakan kebudayaan adalah keseluruhan yang komplek, yang terjadi dari unsur-unsur yang berbeda sepeti pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat dan segala kecakapan lain, yang diperoleh manusia sebaagai anggota masyarakat[2].
            Dengan demikian, kebudayaan adalah hasil daya cipta manusia dengan menggunakan dan mengerahkan segenap potensi batin yang dimilikinya. Didalam kebudayaan tersbut terdapat pengetahuan, keyakinan, seni, moral, adat istisdat dan sebagainya. Kesemuanya itu selanjutnya digunakan sebagai kerangka acuan atau blue print oleh seseorang dlam menjawab berbagai masalah yang dihadapinya. Dengan demikian kebudayaan tampil sebagai pranataq yang terus menerus dipelihara oleh para pembentuknya dan generasi selanjutnya yang diwarisi kebudayaan tersebut.

2.2.4 Pendekatan Psikologi
            Psikologi atau ilmu kejiwaan adalah ilmu yang mempelajari jiwa seseorang melalui gejala prilaku yang dapat diamatinya. menurut Zakiyah Deradjat[3], bahwa prilaku seseorrang yang Nampak lahiriah terjadi karena dipengaruhi keyakinan yang dianutnya. Seseorang ketika berjumpa saling mengucapkan salam, hormat kepada kedua orang tua, kepada guru, menutup aurat, rela berkorban untuk kebenaran, dan sebagainya adalah merupakan gejala-gejala keagamaan yang dapat dijeladkan melalui ilmu jiwa agama. Ilmu jiwa agama sebagaimana dikemukakan Zakiah Derajat tidak akan mempersoalkan benar tidaknya suatu agama yang dianut seseorang, melainkan yang dipentingkan adalah bagaimana keyakinan agakma tersebut terlihat pengruhnya dalam prilaku penganutnya.

2.3. Metodologi Dalam Ilmu Da’wah
Dalam melaksanakan segala hal dalam aspek kehidupan kita memerlukan metode sebagai cara untuk mempermudah atau menuntun pekerjaan kita kepada tujuan yang kita inginkan. Tak terkecuali dalam berdakwah, metode atau cara-cara dalam berdakwah sesungguhnya telah termaktub dalam sumber utama agama Islam itu sendiri yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Maka selaku muslim maka kita harus mengetahui bagaimana Al-qur’an menyuruh kita untuk berdakwah dan tata cara Rasulullah SAW dalam melaksanakan tugasnya sebagai penyeru(pendakwah) bagi umat manusia untuk kembali kepada jalan yang benar.
Pertama Allah SWT telah berfirman dalam surah Al-‘Alaq ayat satu-lima yang berbunyi.
اقرأ باسم ربك الذي خلق، خلق الإنسان من علق،  اقرأ وربك أكرم، الذي علم بالقلم علم الإنسان مالم يعلم.
Bacalah dengan menyebut nama tuhanmu yang menciptakan, dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah dan Tuhan-mulah yang paling pemurah, yang mengajar manusia dengan perantara kalam, Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak di ketahui. 
            Khitab yang pertama kali diperintahkan oleh Allah SWT kepada Rasulullah SAW adalah membaca, karena tujuan membaca adalah untuk mengetahui sesuatu yang kita inginkan terutama dalam berdakwah, maka membaca keadaan, budaya dan pendekatan2 seperti yang telah di lampirkan pada bab yang sebelumnya menjadi sangat penting. kemudian dari hasil membaca adalah ilmu dan ilmu adalah kunci dalam kesuksesan dalam berdakwah. Imam Bukhari Radhiyallah ‘anhu menaruh perhatian terhadap ilmu dalam kitabnya di bab “Ilmu Sebelum Perkataan dan Perbuatan”[4] maka jelas sudah bahwa posisi ilmu dalam segala aspek adalah penting, maka dalam berdakwah ilmu juga mendapat peranan yang signifikan terhadap kesuksesan dakwah itu sendiri.
            Kedua di dalam surah An-Nahl ayat 15 Allah SWT juga telah menerangkan secara jelas teori tentang berdakwah.
            ادع إلى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم التي هي أحسن إن ربك هو أعلم بما ضل عن سبيله وهو أعلم بالمهتدين.
            Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan Hikmah dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang terbaik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengethui tentang siapa yang tersesat dari jalan-nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
            Ayat ini dipahami oleh sementara ulama sebagai penjelasan tiga macam metode dakwah yang harus disesuaikan dengan sasaran dakwah. Terhadap cendekiawan yang berpengetahuan tinggi diperintahkan menyampaikan dakwah dengan hikmah, yakni berdialog dengan kata-kata bijak sesuai dengan tingkat kepandaian mereka. Terhadap kaum awam diperintahkan untuk menerapkan mau’idzoh, yakni memberikan nasihat dan perumpamaan yang menyentuh jiwa sesuai dengan taraf pengetahuan mereka yang sederhana. Sedang, terhadap ahlul kitab dan penganut agama-agama lain yang di perintahkan adalah jidal(perdebatan dengan cara yang terbaik) yaitu dengan logika dan retorika yang halus, lepas dari kekerasan dan umpatan.[5]
           
BAB III: PENUTUP
3.1. Kesimpulan
            Berdasarkan pembahasan di atas maka kami mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1.     Metodologi adalah pengetahuan tentang metode atau cara-cara yang berlaku dalam kajian atau penelitian. Metodologi dapat di artikan sebagai pengetahuan tentang metode-metode.
2.     Ada tiga pendekatan dalam berdakwah yaitu pendekatan teologis normative, pendekatan sosiologis dan pendekatan psikologi
3.     Metode dalam berdakwah adalah
a.      Bil’ilmi atau menggunakan ilmu dalam pengertian umum
b.     Menggunakan hikmah kepada kaum intelektual dan cendekiawan
c.      Menggunakan mau’idzoh kepada kaum awam
d.     Menggunakan jidal kepada ahli kitab
3.2. Penutup.
            Sebagai umat muslim tentunya harus mengetahui tentang cara atau metode dalam berdakwah, dari pembahasan penulis diatas telah dipaparkan cara atau metode tersebut, maka kami selaku penulis memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan koreksian sangat kami harapkan kepentingan bersama, wassalam.








Daftar Pustaka.
Al-Qur’an Al-Karim
صحيح البخاري
Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam. PT Raja Grafindo Persada. Cetakan ke-VIII. Jakarta:2003.
Shihab, M.Quraisy. Tafsir Al-Misbah. Lentera Hati. Cetakan ke-II.2009
Omar, Thoha Yahya. Ilmu Dakwah. Widjaja Djakarta. Jakarta:1967







[1] W.J.S Poer wadarminta, kamus umum bahasa Indonesia, Hal: 156
[2] Sultan Alisjahbana, Antropologi baru, (Jakarta: Dian Rakyat, 1986, Hala:207
[3] Zakiah Derajat, ilmu jiwa agama, hal:76
[4] صحيح البخاري.
[5] Shihab, Muhammad Quraish. Tafsir Al-Mishbah Vol.6 Hal.774

Selasa, 02 Februari 2016

Kajian Islam tentang Makhluk-makhluk sebelum alam semesta diciptakan.



Makhluk-makhluk sebelum alam semesta diciptakan.

           
S
ebelum alam semesta di tercipta, adakah makhluk-makhluk yang telah diciptakan Allah swt.?
            Ya, ada makhluk-makhluk yang telah terlebih dahulu diciptakan oleh Allah swt., sebelum Allah menciptakan alam semesta ini. Makhluk-makhluk tersebut antara lain;
Ø  Al-Arsy (singgasana)
Ø  Kursy.
Ø  Malaikat
Ø  Jin.

A.  Al-Arsy
            Arsy berarti bangunan singgasana, istana, atau tahta. Di dalam al-Qur’an, kata Arsy itu disebutkan sebanyak 33 kali. Kata Arsy mempunyai banyak makna, tetapi yang dimaksudkan adalah singgasana atau takhta Tuhan.
            Kemudian arti dari kata tersebut dipakai oleh bahasa Arab untuk menunjukan beberapa makna, yaitu;
Ø  Singgasana raja
Ø  Atap rumah, seperti yang tercantum dalam hadis
Ø  Tiang dari sesuatu
Ø  Kerajaan
Ø  Bagian dari punggung kaki
                        Inilah sebagian dari arti arsy dalam bahasa bahasa arab. Akan tetapi, arti tersebut berubah-ubah sesuai dengan kalimat yang disandarinya. Rasyid Ridha dalam tafsirnya Al-manar menjelaskan bahwa arsy merupakan pusat pegendalian segala persoalan makhluk-Nya di alam semesta. Penjelasan Rasyid Ridha itu antara lain didasarkan pada keterangan al-Qur’an;
“Sesugguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian dia bersemayam untuk mengatur segala urusan. Tiada seorang pun yang akan memberi syafaat kecuali sesudah ada izin-Nya. (Zat) yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran? “ (Qs. Yunus/10:3).
                       
Di atas Arsy itu Allah swt. Ber-istiwa’ sesuai dengan yang patut bagi ke-Mahaagungan-Nya. Dia berfirman dalam al-Qur’an:
الرَّحْمَنُ عَلَى العَرْشِ اسْتَوَىَ
“Tuhan yang Maha Pemurah, yang bersemayam di atas Arsy.”                           (QS. Thaahaa/20:5)
                        Menurut ulama, Arsy memiliki wujud yang teramat sangat besar, bahkan ia adalah makhluk yang terbesar, yang memiliki beberapa tiang yang menjadikan Arsy sebagai atap alam semesta.
Ø  Nabi saw. Pernah bersabda:
“Aku telah diizinkan menyampaikan tentang para malaikat Allah pembawa Arsy. Sesungguhnya antara daun telinga dan lehernya berjarak tujuh ratus tahun”. (HR. Abu Daud)
Ø  Diriwayatkan dari Sa’id bin Jubair, bahwa Ibnu Abbas ra. Mengatakan tentang firman Allah Wasi’a kursiyyuhussmaawaati wal ardh, “Kursy Allah meliputi langit dan bumi”. Ia berkata, “Kursy adalah tempat dua kaki, sedangkan Arsy tidak ada yang dapat memperkirakan ukurannya kecuali Allah Ta’ala”
Ø  Imam Qurthubi berkata, “Allah swt. Mengkhusukan penyebutan Arsy karena dia adalah makhluk terbesar, hingga masuklah didalam nya makhluk-makhluk yang lebih kecil dari nya.”
            Saking besarnya, ada malaikat yang memiliki sayap banyak diperintahkan oleh Allah untuk terbang kemana saja yang ia kehendaki dan ia merasa tidak beranjak dari tempat semula ia terbang. Allah berfirman kepada malaikat tersebut, “Sesungguhnya Aku telah menjadikan engkau memiliki kekuatan yang sebanding dengan kekuatan 7.000 sayap. Kemudian, Allah menyuruh malaikat itu terbang. Malaikat itu pun terbang dengan kekuatan penuh dan sayap yang diberikan Allah ke arah mana saja yang dikehendaki Allah. Sesudah itu, malaikat itu berhenti dan memandang ke arah Arsy. Tetapi, ia seolah-olah tidak beranjak sedikit pun dari tempatnya terbang semula. Hal ini memperlihatkan betapa besar dan luasnya arsy Allah itu.
            Arsy inilah makhluk yang dianggap sebagai yang pertama kali diciptakan oleh Allah swt. Nabi saw. Bersabda: “ Allah telah menulis takdir semua makhluk 50 ribu tahun sebelum menciptakan langit dan bumi, dan Arsy Allah berada di atas air.” (HR. Muslim).
Ø  Imam Ibnu Taimiyah mengtakan, “Al-Qalam ini Allah ciptakan ketika Allah memerintahkannya menulis takdir semenjak 50 ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi. Jadi, al-Qalam tersebut diciptakan sebelum langit dan bumi, dan dia adalah makhluk petama yang pertama diciptakan sebelum alam semesta, dan penciptaannya setelah Arsy, sebagaimana yang ditunjukan oleh dalil-dalil dan inilah pendapat jumhur (mayoritas) salaf
Ø  Ibnu Abil ‘Izz berkata, “hadis ini jelas bahwa takdir terjadi setelah penciptaan al-Arsy, dan takdir terjadi di awal penciptaan al-Qalam sebagaimana dalam hadis ‘ubadah ini.”
Ø  Ibnu Hajar al-‘Asqalani berkata,” Maka cara menjamak (mengumpulkan) antara kedua hadis bahwa maksud pertamanya al-Qalam adalah dibandingkan segala sesuatu selain air dan Arsy, atau pertama dibandingkan dengan dengan apa yang dia tulis.”
            Kesimpulan yang bisa kita ambil dari hadis-hadis dan ucapan para ulama diatas bahwa al-Arsy dan air lebih dahulu diciptakan dari pada al-Qalam, namun bukan berarti makna nya al-Arsy adalah mahluk yang pertama kali Allah ciptakan secara mutlak, karena yang demikian butuh dalil yang jelas dan shahih
B.Kursy
            Kursy adalah tahta, ilmu, pengetahuan, harta, kekuasaan dan kebijaksanaannya. Sahabat Ibnu Abbas ra. Megatakan tentang kursy, beliau berkata, “Kursy adalah tempat dua kaki, sedangkan Arsy tidak ada yang dapat memperkirakan ukurnnya kecuali Allah Ta’ala
Dibandingkan dengan Arsy, Kursy lebih kecil.
Ø  Dari Abu Dzar ra., ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. Bersabda: “ Tidaklah Kursy dibanding Arsy melainkan ibarat baju besi yang dilemparkan ditengah-tengah padang pasir yang luas.” (Syarh Aqidah ath-Thahawiyah).
Ø  Ibn Katsir ra. Berkata, “Yang benar, Kursy itu berada dengan Arsy. Arsy lebih besar dari kursy. Hal ini sebagimana ditunjukan oleh beberapa atsar dan hadist
Kursy itu pula meliputi langit dan bumi. Menurut riwayat, langit yang tujuh dan bumi yang tujuh apabila dibandingkan dengan Kursy adalah ibarat sebuah cincin yang dilemparkan di tengah-tengah padang pasir.

وَسِعَ كُرْشِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ وَلَا يَئُودُهُ, حِفْظُهُمَا وَهُوَ العَلُىُّ العَظِيْمُ

“Dan Kursy Allah meliputi langit dan bumi, dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Mahatinggi lagi Mahabesar.”                       (QS. Al-Baqarah/2: 255).


C. Al-Qalam
            Al-Qalam berarti “Pena”. Maksudya pena yang menulis takdir di lauh Mahfuzh (lembaran yang terjaga). Ia adalah instrumen yang menjadi cikal bakal sketsa alam semesta beserta isinya. Ia adalah goresan tinta yang menuliskan takdir seluruh makhluk Allah swt.
            Menurut beberapa keterangan, Qalam adalah makhluk yang pertama kali diciptakan oleh Allah swt., ia tercipta sebelum Arsy. Nabi saw. Bersabda: “Yang pertama kali diciptakan Allah adalah al-Qalam yang berasal dari cahaya.” (HR.Tirmidzi).
“Sesungguhnya makhluk mahluk yang pertama kali diciptakan Allah adalah        al-Qalam, kemudian Allah berfirman kepadanya: ‘Tulislah!’ kemudian Qalam berkata: Wahai Rabb-ku, apa yang aku tulis?’ Allah berfirman: ‘Tulislah takdir segala sesuatu sampai datang hari kiamat.” (HR. Abu Daud)
            Maka, sebelum Allah swt. Menciptakan dunia ruang dan waktu, Dia telah menciptakan Qalam terlebih dahulu. Lalu diperintahkan oleh nya untuk menulis takdir segala sesuatu tentang alam semesta. Tentang setiap daun yang akan gugur, tentang angin yang akan bertiup, tentang air yang akan mengalir, tentang kehidupan manusia, takdir-takdirnya, tentang surga dan neraka, dan lain sebagainya
D. Malaikat
            Malaikat berasal dari kata “malaikah”, bentuk jamak dari kata “malak”, yang berasal dari mashdar “al-alukah” yang berarti ar-risalah (misi atau pesan).     Sedangkan yang membawa misi disebut “rasul”(utusan). Dalam beberapa ayat       al-Qur’an, malaikat juga disebut dengan “rasul” (utusan-utusan).
“Dan sesungguhnya utusan-utusan kami (malaikat-malaikat) telah datang kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan: ‘Selamat’. Ibrahim menjawab: ‘Selamatlah’, maka tidak lama kemudian Ibrahim Menguyuhkan daging anak sapi yag dipanggang.” (QS. Huud, 11:69)
            Malaikat adalah makhluk-makhluk Allah yang diciptakan untuk taat dan beribadah kepada-Nya serta mengejakan semua tugas-tugasnya, sebagaimana hal ini dijelaskan dalam firman Allah swt:
“Dan kepunyaan-Nya lah segala yang dilangit dan dibumi dan malaikat-malaikat  yang di sisi-Nya, mereka tiada mempuyai rasa angkuh untuk menyembahnya dan tiada (pula) mereka letih. Mereka selalu bertasbih siang dan malam tiada henti-hentinya. “(QS. La-Anbiyaa. 21: 19-20)
            Mereka ini diciptakan Allah dari nur atau cahaya. Rasullullah saw. Bersabda: “Malaikat itu diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang telah diterangkan kepadamu semua (tanah).”               (HR. Muslim). Karena malaikat tercipta dari cahaya, maka tentu mereka mewarisi sifat-sifat cahaya. Di antaranya malaikat tidak bisa kita lihat, dan mereka mampu bergerak seperti cahaya.
            Mereka memiliki sayap, sebagaimana yang telah diterangkan oleh Allah sendiri. Di antara mereka ada yang mempunyai dua sayap, ada yang tiga atau empat, dan ada yang punya lebih banyak lagi. Allah swt. Berfirman:
“Segala puji bagi Allah pencipta langit dan bumi, yang telah menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan yang bersayap, dua-dua, tiga-tiga, dan empat-empat. Allah menambah apa yang dia kehendaki tentang ciptaan-Nya. Sesungguhnya Allah mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Faathir. 35:1)
            Maksud Allah menjadikan mereka memiliki sayap. Ada yang bersayap dua, tiga, empat dan ada yang lebih banyak lagi. Disebutkan dalam hadist bahwa Rasulullah saw. Pernah melihat malaikat jibril dalam betuknya (yang sesungguhnya). Ia memiliki 600 sayap yang masing-masing sayap menutup cakrawala. Dari setiap sayapnya keluar warna-warni mutira dan Yaqut (batu mulia). (HR.Ahmad).
            Dan, malaikat itu diciptakan Allah swt. Sebelum diciptakannya manusia pertama (Adam as), bahkan sebelum diciptakannya jin. Hal ini sebagaimana yang disebutkan oleh Allah swt.:
“Ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada para malaikat, ‘sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang Khalifah di muka bumi.” (QS. Al-Baqarah, 2:30)
            Ayat ini menginormasikan sebuah kisah tentang kosmik sebelum terciptanya Adam. Saat itu malaikat sudah diciptakan oleh Allah. Maka, ketika maliakat mendengar berita bahwa Allah aka menciptakan manusia sebagai khalifah di bumi, mereka menanyakan hal tersebut kepada Allah.
E. Jin.
            Sebelum manusia pertama diciptakan, yakni Adam as. Jin telah terlebih dahulu diciptakan. Hal ini didsarkan pada keterangan al-Qur’an:
“Dan Kami telah ciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.”      (QS. Al-Hijr 15:27)
            Ibnu Abbas ra. Mengatakan, “ Allah menciptakan malaikat sebelum jin, menciptakan jin sebelum manusia, dan menciptakan laki-laki sebelum perempuan.” Agus Mustofa dalam bukunya Ternyata akhirat tidak kekal mengatakan bahwa jin mulai diciptakan ketika alam semesta masih bersuhu ekstrem yang sangat panas.
Jin diciptakan oleh Allah dari api.
Ø  Al-Qur’an menerangkan:
“Dan kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.” (QS. Al-Hijr/ 15: 26-27)
Ø  Rasulullah saw. Bersabda: “malaikat diciptakan dari cahaya, dan jin diciptakan dari api yang berkobar, sedangkan Adam (manusia) diciptakan sebagaimana yang telah dijelaskan kepada kalian (tanah).” (HR.Muslim)
Ø  Ibnu Abbas ra.  Mengatakan: Allah menciptakan jin dari nyala api dan menciptakan malaikat dari cahaya yang berkilauan.”
Ø  Wahab ibn Munabbih, ia berkata, “Tuhan semesta alam menciptakan api samum. Dari api samum ini Dia menciptakan jin. Samum adalah angin yang sangat panas membakar, atau api yang tidak ada asapnya. Ketika Tuhan menghendaki sesuatu maka terbakarlah satu hijab, dari api yang membakar hijab inilah kabilah jin diciptakan.”
Sebagian ilmuan menyebut jin merupakan sejenis roh yang berakal yang tidak memilki unsur materi. Namun jelas bahwa jin bukan makhluk nonmateri secara mutlak. Karena sesuatu yang diciptakan api adalah materi dan satu kondisi setengah abstrak. Atau dengan bahasa lainnya disebut sebagai materi halus
            Pada banyak ayat-ayat al-Qur’an dijumpai bahwa jin juga sebagai mana jenis manusia, memiliki kehendak dan kecerdasan serta dapat melaksankan pekerjaan-pekerjaan berat. Terdapat jin yang beriman dan juga jin yang kafir. Sebagian adalah jin-jin yang saleh, sebagian yang lain bermaksiat. Hidupnya sebagai mana manusia, mereka juga memiliki hidup, mati,serta kiamat. Jenis kelaminnya ada laki-laki dan perempuan. Terdapat pernikahan dan regenerasi pada mereka.
            Hal yang paling membedakan jin dan malaikat adalah dimensinya. Malaikat bisa masuk menjelajah alam jin, tapi sebaliknya jin tidak bisa memasuki alam maliakat. Karena itu, didalam al-Qur’an digambarkan, kadang-kadang jin mencoba mengintip dan mencuri dengar informasi dari alam malaikat.
“Sesungguhnya kami telah mencoba mencari rahasia langit, namun kami dapati disana penuh dengan penjaga-penjaga yang sangat kuat dan panah-panah berapi. (QS. Al-Jin/72:8)
Berbeda dengan malaikat yang selalu taat, jin diciptakan untuk bisa membangkang terhadap perintah. Merka adalah makhluk yang nantinya dimintai pertanggung jawaban sebagai hamba Allah. Maka, jin ada yang jahat dan ada yang baik. Ada yang kafir ada juga yang beriman. Jin yang pertama kali kafir disebut iblis, dan para pengikut iblis disebut syaitan.

Munkin hanya cukup sekian semoga ini bermanfaat sebagai ilmu pengetahuan.

Di kutip dari buku “bumi sebelum manusia tercipta” dengan ust.Mahmud asy-syafrowi.
Oleh. Alexander Dz.