Selasa, 29 Maret 2016

Kelahiran Alam Semesta Ditinjau Dari Sudut Islam Dan Ilmu Pengetahuan Alam Modern



Kelahiran Alam Semesta Ditinjau Dari Sudut Islam Dan Ilmu Pengetahuan Alam Modern
Ditulis untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah
Imu Alamiah Dasar

Yang dibimbing oleh :
Al-Ustadz Andi Wahyu Wiratama M.A
 
Oleh:
Alexander
 
JJURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
FKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS DARUSSALAM
KAMPUS PUSAT SIMAN
1436 / 2015






 

KELAHIRAN ALAM SEMESTA DI TINJAU DARI SULIT ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MODERN
Pendahuluan
            Diantara segi kemukjizatan Al-quran adalah adanya beberapa petunjuk yang detail mengenai ilmu pengetahuan umum atau alam yang telah di temukan terlebih dahulu di dalam Al-quran sebelum di temukan oleh ilmu pengetahuan modern .Teori Al-quran sama sekali tidak bertentangan dengan teori-teori ilmu pengetahuan modern.Dari segi kemukjizatan ini Al-quran telah menunjuk salah satu firman Allah dalam QS.Fusilat:53 yang artinya
سَنُوْرِيْهِمْ أيَتِنَا فِى اْلافَاقِ وَ فِى أَنْفُسِهِمْ حَتَى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ اْلحَقُّ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكُمْ أَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدٌ (فصلت:53)
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda(kekuasaan) kami di segenap penjuru dan para diri mereka sendiri,sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-quran itu benar.Dan apakah tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa Dia sesungguhnya menyaksikan segala sesuatu.”
         Berdasarkan keyakinan kita,bahwa Al-quran ang besar itu bukanlah kitab ilmu alam,arsitek,dan fisika,tetapi Al-quran adalah kitab petunjuk atau pembimbing dan kitab undang-undang dan perbaikan.Namun demikian ayat-ayatnya tidak terlepas dari petunjuk—petunjuk yang detail kebenaran-kebenaran yang smar terhadap beberapa masalah alami,kedokteran,dan geografi,yang kesemuanya menunjukkan kemukjizatan AL-quran serta kedudukannya sebagai wahu dari Allah swt.Yang pasti bahwa Muhammad SAW.Adalah seorang  ummi yang tidak bisa membaca dan menulis.Ia lahir dalam lingkungan yang jauh dari kebudayaan dimana tidak dapat ilmu pengetahuan dan sekolah-sekolah tempat di ajarkannya ilmu pengetahuan umum karena bangsa dan   keluarganyasemuanya orang-orang ummi.Di samping itu teori-teori ilmiah yang di deritahukan Al-quran pada masa itu  belum di kenal ilmu pengetahuan apapun dan ilmu pengetahuan modern pun belum menemukan rahasia-rahasianya dan menemukannya baru-baru ini.
          Itu adalah bukti yang sangat jelas bahwa AL-Quran bukan ciptaan Muhammad tidak seperti apa yang di duga oleh golongan orientalis,sesungguhnya Al-quran adalah wahyu dari Allah yang di turunkan kepada hati seorang pemimpin utusan dengan bahasa arab yang kuat.

Pembahasan
a.     Manunggalnya Alam/cosmos
        Teori ilmiah modern membuktikan dalam pernyataannya bahwa bumi adalah sebagian dari gas yang panas lalu memisah dan mendingin (membeku) kemudian menjadi tempat yang patut di huni manusia.
         Tentang kebenaran teori ini mereka berargumentasi dengan adanya volcano-volcano,benda-benda berapi yang berapa di dalam perut bumi,dan sewaktu-waktu bumi memuntahkan lahar atau benda-benda volcano yang berapi.teori modern ini sesuai dengan apa yang di tunjukkan Al-quran dalam firman Allah sebagai berikut:
أولم يرالذين كفروا أن السموت و الأرض كانتا رتقا ففتقنهما وجعلنا من الماء كل شيء حي أفلا يؤمنون (الأنبياء:30)
Artinya:
            “Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasannya langit dan bumi itu keduanya dahulu adala suatu yang padu,kemudian kami pisahkan antara keduanya.Dam dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup.Maka mengapa mereka tidak juga beriman?”(QS.Anbia:30)
            Prof.Thabarrah menyatakan,”Ininadalah mukjizat Al-quran yang dikuatkan oleh ilmu pengetahuan modern bahwa alam adalah suatu kesatuan benda yang berasal dari gas kemudian memisah menjadi kabut-kabut.dan matahari terjadi akibat dari pecahan berikut.”Bagian kedua ayat itu berbunyi Wa ja`alna minalma ikulla syaiin hayyin.Konteks ini sangat tepat dalam menempatkan kebenaran ilmiah yang rahasianya telah di temukan para cendikiawan,sebab kebanyakan praktek kimiawi itu membutuhkan air.Air adalah unsur pokok bagi kelestarian hidup untuk semua benda hidup dan tumbuh-tumbuhan.Air memiliki keistimewaan-keistimewaan lain yang menunjukkan Pencipta alam telah memantapkan dengan sesuatu yang bisa membuktikan adanya Zat yang mengatur makhluk-Nya.Air bisa menyedot oksigen dengan banyak,ketika temperaturnya rendah,dan ketika air itu membeku maka akan timbullah tempertur panas yang cukup yang bisa membantu makhluk yang hidup di laut;seperti ikan dan sebagainya.Maka alangkah hebatnya ilmu pengetahuan yang terkandung dalam Quran yang menjelaskan rahasia hidup dengan kata-kata yang agung.
           Diceritakan dari Ibnu Abbas ra.bahwasannya ia dalam menafsirkan ayat ini mengatakan,”langit itu rapat tidak menurunkan hujan dan bumi pun rapat dan tidak mengeluarkan tumbuh-tumbuhan,maka tatkala Allah menjadikan penduduk bumi Ia memecah langit dengan hujan dan bumi dengan tumbuh-tumbuhan.”

b.        Pembagian Atom
            Ada anggapan yang telah berurat berakar hingga abad XIX bahwa atom adalah bagian terkecil yang di dapati dalam semua unsur.Atom tidak bisa di bagi karena merupakan bagian yang tidak bisa di bagi-bagi lagi.Anggapan ini terjadi pada beberapa abad yang silam dan sejak beberapa puluh tahun yang lalu para cendikiawan mencurahkan perhatiannya terhadap masalah atom itu dan akhirnya mereka berpendapat bahwa atom masih bisa di bagi-bagi. Mereka berpendapat bahwa atom mengandung unsur-unsur yang lebih kecil sebagai berikut:
1.Proton
2.Neutron
3.Elektron
            Dan dengan cara pembagian ini mereka menciptakan bom atom dan bom hidrogen.Na’uzubillahdari terjadina kehancuran yang fatal di sebabkan oleh kejahatan iblis yang terlaknat itu.camkanlah firman Allah ta’ala ketika memeberitahukan tentang atom,
....وب مايعزب عن ربك من مثقال ذرة فى الأرض ولافىالسماء ولاأصغرمن ذلك ولا أكبر إلا فى كتاب مبين.(يونس:61).
Artinya:
          “ Tidak ada tersembunyi dari tuhanmu seberat zarrah (atom) pun yang ada di langit dan yang ada di bumi dan tidak ada (pula) yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar,melainkan tersebut dalam kitab yang nyata (lauhul mahfuzh).”
             Kata asghar (terkecil) dari atom dalam ayat Al-quran itu berarti ketentangan yang jelas tentang masih biasanya atom untuk di bagi,dan dalam kalimat Wala fissamai (ada di langit) mengandung keterangan bahwa ciri-ciri khas atom yang berada di bumi sama saja dengan atom yang berada di matahari,bintang,dan planet.Apakah nabi Muhammad SAW.pernah memepelajari kelainan-kelainan atom dan bisa membaginya kemudian dia mengetahui keistimewaan atom yang berada di bumi dan di langit.Itu adalah suatu argumen yang kuat bahwa Al-Quran adalah wahyu tuhan.

c.         Asal Kejadian Cosmos
            Seorang ahli astronomi,jean mengatakan bahwa alam ini pada mulanya adalah gas yang di berserakan secara beratur di angkasa luas,sedangkan kabut-kabut atau kumpulan cosmos-cosmos itu tercipta dari gas-gas tersebut yang memadat.
            Doktor Gamu menerangkan,”sesungguhnya alam pada mula kejadiannya itu penuh dengan gas yang terbagi-bagi secara teratur,dan dari gas itulah timbul 
            Teori ini kita dapatkan penguatnya dalam Al-Quran,seandainya Al-Quran tidak membari tahukan tentang hal tersebut, tentu kita tidak akan menerima begitu saja teori ini.Allah berfirman,
ثم الستوى إلى السماء وهي دخان فقال لها وللأرض أتيا طوعاأوكرها قالتا أتينا طائعين.(فصلت:11)
Artinya:
            “kemudian ia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu merupakan asap,lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi,”Datanglah kamu keduanya menurut perintahku dengan suka hati atau terpaksa.Keduanaya menjawab,”kami datang dengan suka hati.”(QS.fussilat:11)

            Al-Quran menggambarkan kejadian alam ini dari asap,aitu sesuatu yang bisa di mengerti oleh orang-orang Arab.Maka apakah mungkin bagiseorang yang Ummi dan sahaya itu pada abat 14 ang silam mengetahui hal ini pada waktu manusia tidak mengerti sedikitpu tentangalam dan rahasia-rahasiany

d.       Ilmu pengetahuan (Aqidah,Muamalah dan sebagainya)
           Diantara segi kemukjizatan Al-quran adalah ilmu pengetahuan yang terkandung di dalamnya,di mana dari penjelasan dan kekuatan hujjahnya telah mencapai suatu batas yang mustahil bagi Muhammad sebagai seorang ummi yang hidup di tengah masarakatnya,hal ini juga mustahil bagi seluruh penduduk baik pujangga,ulama golongan cerdik cendikiawan,ahli hukum atau para jenius untuk mendatangkan yang setaraf dengan ilmu pengetahuan ini.Dalam Al-quran tersendiri terkandung berbagai alasan yang rasional dan dalil yang jelas sehingga dapat melumpuhkan semua pendusta dan semua penantang dari pengetahuan yang terdapat dalam Al-quran dan pengetahuan yang di bawa oleh Muhammad SAW.


Kesimpulan
            Perlu kita yakini bahwasannya jauh sebelum para ilmuan menemukan teori tentang terbentuknya alam semesta Al-quran telah membuktikannya dengan dalil yang rasional dan kuat hujjahnya,oleh karena itu kita sebagai umat muslim harus bangga karena terlahir dalam keadaan islam yang mana tuhan kita Allah SWT.telah menerangkan seluruh apa-apa yang ada di bumi dari yang terkecil sampai terbesar pun dan Allah SWT.menjadikan kita sebagai kholifah di bumi atas dasar pertanggung jawaban atas nikmat Nya kepada kita sebagai makhluk ciptaannya.

Referensi
 Mas’ud,Ibnu-Joko Paryono,1998,Ilmu Alamiah Dasar,Pustaka setia,Bandung.
 Abdullah,Ach Farouq ,SAP IAD,Universitas Darussalam Gontor.
http://khoirunnisa zone.blogspot.co.id/2011

Bid’ah Maulud Nabi, Tabarruk, dan Ibadah



Tugas Akhir Mata Kuliah
Bid’ah Khurafat
Judul:
Bid’ah Maulud Nabi, Tabarruk, dan Ibadah
Dosen Pembimbing:
Al-Ustadz Mulyono Jamal


Oleh:
Zulfat Binhajiabubaka
Nim: 362015210186
Program studi Jurusan Perbandingan Agama
Fakultas Ushuluddin
Kampus Pusat Unida Siman
1437 H / 2015 M



Pendahuluan
Di masa kini banyak sekali bid’ah yang berlarak, apa lagi beralaskan guna pendekatan kepada Allah swt. Perlu kita ketahui bahwa tidak semestinya dengan menggunakan bid’ah kita akan menjadi lebih dekat kepada Allah, justeru dengan ibadah yang telah ditentukan syari’at Islam itulah yang akan membuat kita dekat kepada Allah swt bukan malah sebalik. Di pembahasan ini, penulis akan membahas beberapa bid’ah yang sedang memanas di masa kini, di antaranya:
1. Perayaan bertepatan dengan kelahiran Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada bulan Rabiul Awwal.
2.Tabarruk (mengambil berkah) dari tempat-tempat tertentu, barang-barang peninggalan, dan dari orang-orang baik, yang hidup ataupun yang sudah meninggal.
3. Bid’ah dalam hal ibadah dan taqarrub kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
Bid’ah-bid’ah modern banyak sekali macamnya, seiring dengan berlalunya zaman, sedikitnya ilmu, banyaknya para penyeru (da’i) yang mengajak kepada bid’ah dan penyimpangan, dan merebaknya tasyabuh (meniru) orang-orang kafir, baik dalam masalah adat kebiasaan maupun ritual agama mereka. Hal ini menunjukkan kebenaran (fakta) sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Artinya : Sungguh kalian akan mengikuti cara-cara kaum sebelum kalian” [Hadits Riwayat At-Turmudzi, dan ia men-shahihkannya]
Pembahasan
1. Perayaan Bertepatan Dengan Kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam Pada Bulan Rabiul Awwal.
Merayakan kelahiran Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah bid’ah, karena perayaan tersebut tidak ada dasarnya dalam Kitab dan Sunnah, juga dalam perbuatan Salaf Shalih dan pada generasi-generasi pilihan terdahulu. Perayaan maulid Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam baru terjadi setelah abad ke empat Hijriyah.
Imam Abu Ja’far Tajuddin berkata : “Saya tidak tahu bahwa perayaan ini mempunyai dasar dalam Kitab dan Sunnah, dan tidak pula keterangan yang dinukil bahwa hal tersebut pernah dilakukan oleh seorang dari para ulama yang merupakan panutan dalam beragama, yang sangat kuat dan berpegang teguh terhadap atsar (keterangan) generasi terdahulu. Perayaan itu tiada lain adalah bid’ah yang diada-adakan oleh orang-orang yang tidak punya kerjaan dan merupakan tempat pelampiasan nafsu yang sangat dimanfaatkan oleh orang-orang yang hobi makan” [Risalatul Maurid fi Amalil Maulid]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata : “Begitu pula praktek yang diada-adakan oleh sebagian manusia, baik karena hanya meniru orang-orang nasrani sehubungan dengan kelahiran Nabi Isa ‘Alaihis Salam atau karena alasan cinta kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka menjadikan kelahiran Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai sebuah perayaan. Padahal tanggal kelahiran beliau masih menjadi ajang perselisihan.
Dan hal semacam ini belum pernah dilakukan oleh ulama salaf (terdahulu). Jika sekiranya hal tersebut memang merupakan kebaikan yang murni atau merupakan pendapat yang kuat, tentu mereka itu lebih berhak (pasti) melakukannya dari pada kita, sebab mereka itu lebih cinta dan lebih hormat pada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari pada kita. Mereka itu lebih giat terhadap perbuatan baik.
Sebenarnya, kecintaan dan penghormatan terhadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tercermin dalam meniru, mentaati dan mengikuti perintah beliau, menghidupkan sunnah beliau baik lahir maupun bathin dan menyebarkan agama yang dibawanya, serta memperjuangkannya dengan hati, tangan dan lisan. Begitulah jalan generasi awal terdahulu, dari kaum Muhajirin, Anshar dan Tabi’in yang mengikuti mereka dengan baik” [Iqtida ‘Ash-Shirath Al-Mustaqim 1/615]

2. Tabbaruk (Mengambil Berkah) Dari Tempat-Tempat Tertentu, Barang-Barang Peninggalan, Dan Dari Orang-Orang Baik, Yang Hidup Ataupun Yang Sudah Meninggal.
Termasuk di antara bid’ah juga adalah tabarruk (mengharapkan berkah) dari makhluk. Dan ini merupakan salah satu bentuk dari watsaniyah (pengabdian terhadap mahluk) dan juga dijadikan jaringan bisnis untuk mendapatkan uang dari orang-orang awam.
Tabarruk artinya memohon berkah dan berkah artinya tetapnya dan bertambahnya kebaikan yang ada pada sesuatu. Dan memohon tetap dan bertambahnya kebaikan tidaklah mungkin bisa diharapkan kecuali dari yang memiliki dan mampu untuk itu dan dia adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah-lah yang menurunkan berkah dan mengekalkannya. Adapun mahluk, dia tidak mampu menetapkan dan mengekalkannya.
Maka, praktek tabarruk dari tempat-tempat tertentu, barang-barang peninggalan dan orang-orang baik, baik yang hidup ataupun yang sudah meninggal tidak boleh dilakukan karena praktek ini bisa termasuk syirik bila ada keyakinan bahwa barang-barang tersebut dapat memberikan berkah, atau termasuk media menuju syirik, bila ada keyakinan bahwa menziarahi barang-barang tersebut, memegangnya dan mengusapnya merupakan penyebab untuk mendapatkan berkah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Adapun tabarruk yang dilakukan para sahabat dengan rambut, ludah dan sesuatu yang terpisah/terlepas dari tubuh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana disinggung terdahulu, hal tersebut hanya khusus Rasulullah di masa hidup beliau dan saat beliau berada di antara mereka ; dengan dalil bahwa para sahabat tidak ber-tabarruk dengan bekas kamar dan kuburan beliau setelah wafat.
Mereka juga tidak pergi ke tempat-tempat shalat atau tempat-tempat duduk untuk ber-tabarruk, apalagi kuburan-kuburan para wali. Mereka juga tidak ber-tabarruk dari orang-orang shalih seperti Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu, Umar Radhiyallahu ‘anhu dan yang lainnya dari para sahabat yang mulia. Baik semasa hidup ataupun setelah meninggal. Mereka tidak pergi ke Gua Hira untuk shalat dan berdo’a di situ, dan tidak pula ke tempat-tempat lainnya, seperti gunung-gunung yang katanya disana terdapat kuburan nabi-nabi dan lain sebagainya, tidak pula ke tempat yang dibangun di atas peninggalan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Selain itu, tidak ada seorangpun dari ulama salaf yang mengusap-ngusap dan mencium tempat-tempat shalat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, di Madinah ataupun di Makkah. Apabila tempat yang pernah di injak kaki Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yan mulia dan juga dipakai untuk shalat, tidak ada syari’at yang mengajarkan umat beliau untuk mengusap-ngusap atau menciuminya, maka bagaimana bisa dijadikan hujjah untuk tabarruk, dengan mengatakan bahwa (si fulan yang wali) –bukan lagi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam- pernah shalat atau tidur disana ?! Para ulama telah mengetahui secara pasti berdasarkan dalil-dalil dari syariat Islam, bahwa menciumi dan mengusap-ngusap sesuatu untuk ber-tabarruk tidaklah termasuk syariat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam” [Lihat Iqtidha’ Al-Shirath Al-Mustaqim 2/759-802]

3. Bid’ah Dalam Hal Ibadah Dan Taqarrub Kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Bid’ah-bid’ah yang berkaitan dengan ibadah, pada saat ini cukup banyak. Pada dasarnya ibadah itu bersifat tauqif (terbatas pada ada dan tidak adanya dalil), oleh karenanya tidak ada sesuatu yang disyariatkan dalam hal ibadah kecuali dengan dalil. Sesuatu yang tidak ada dalilnya termasuk kategori bid’ah, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Artinya : Barangsiapa mengerjakan amalan yang tidak ada padanya perintah kami maka dia tertolak” [Hadits Riwayat Muslim]
Ibadah-ibadah yang banyak dipraktekkan pada masa sekarang ini, sungguh banyak sekali, di antaranya ; Mengeraskan niat ketika shalat. Misalnya dengan membaca dengan suara keras.
“Artinya : Aku berniat untuk shalat ini dan itu karena Allah Ta’ala”
Ini termasuk bid’ah, karena tidak diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Artinya : Katakanlah (kepada mereka), ‘Apakah kalian akan memberitahukan kepada Allah tentang agamamu (keyakinanmu), padahal Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” [Al-Hujarat : 16]
Niat itu tempatnya adalah hati. Jadi dia adalah aktifitas hati bukan aktifitas lisan. Termasuk juga dzikir berjama’ah setelah shalat. Sebab yang disyariatkan yaitu bahwa setiap membaca dzikir yang diajarkan itu sendiri-sendiri, di antara juga adalah meminta membaca surat Al-Fatihah pada kesempatan-kesempatan tertentu dan setelah membaca do’a serta ditujukan kepada orang-orang yang sudah meninggal. Termasuk juga dalam katagori bid’ah, mengadakan acara duka cita untuk orang-orang yang sudah meninggal, membuatkan makanan, menyewa tukang-tukang baca dengan dugaan bahwa hal tersebut dapat memberikan manfaat kepada si mayyit. Semua itu adalah bid’ah yang tidak mempunyai dasar sama sekali dan termasuk beban dan belenggu yang Allah Subhanahu wa Ta’ala sekali-kali tidak menurunkan hujjah untuk itu.
Termasuk bid’ah pula yaitu perayaan-perayaan yang diadakan pada kesempatan-kesempatan keagamaan seperti Isra’ Mi’raj dan hijrahnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Perayaan-perayaan tersebut sama sekali tidak mempunyai dasar dalam syari’at, termasuk pula hal-hal yang dilakukan khusus pada bulan Rajab, shalat sunnah dan puasa khusus. Sebab tidak ada bedanya dengan keistimewaannya dibandingkan dengan bulan-bulan yang lain, baik dalam pelaksanaan umrah, puasa, shalat, menyembelih kurban dan lain sebagainya.
Yang termasuk bid’ah pula yaitu dzikir-dzikir sufi dengan segala macamnya. Semuanya bid’ah dan diada-adakan karena dia bertentangan dengan dzikir-dzikir yang disyariatkan baik dari segi redaksinya, bentuk pembacaannya dan waktu-waktunya.
Di antaranya pula adalah mengkhususkan malam Nisfu Sya’ban dengan ibadah tertentu seperti shalat malam dan berpuasa pada siang harinya. Tidak ada keterangan yang pasti dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang amalan khususnya untuk saat itu, termasuk bid’ah pula yaitu membangun di atas kuburan dan mejadikannya seperti masjid serta menziarahinya untuk ber-tabarruk dan bertawasul kepada orang mati dan lain sebagainya dari tujuan-tujuan lain yang berbau syirik.
Akhirnya, kami ingin mengatakan bahwa bid’ah-bid’ah itu ialah pengantar pada kekafiran. Bid’ah adalah menambah-nambahkan ke dalam agama ini sesuatu yang tidak disyari’atkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan RasulNya. Bid’ah lebih jelek dari maksiat besar sekalipun. Syetan akan bergembira dengan terjadinya praktek bid’ah melebihi kegembiraannya terhadap maksiat yang besar. Sebab, orang yang melakukan maksiat, dia tahu apa yang dia lakukannya itu maksiat (pelanggaran) maka (ada kemungkinan) dia akan bertaubat. Sementara orang yang melakukan bid’ah, dia meyakini bahwa perbuatannya itu adalah cara mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka dia tidak akan bertaubat. Bid’ah-bid’ah itu akan dapat mengikis sunnah-sunnah dan menjadikan pelakunya enggan untuk mengamalkannya.
Bid’ah akan dapat menjauhkan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan akan mendatangkan kemarahan dan siksaanNya serta menjadi penyebab rusak dan melencengnya hati dari kebenaran.
Penutup
Sikap Terhadap Ahli Bid’ah
Diharamkan mengunjungi dan duduk-duduk dengan ahli bid’ah kecuali dengan maksud menasehati dan membantah bid’ahnya. Karena bergaul dengan ahli bid’ah akan berpengaruh negatif, dia akan menularkan permusuhannya pada yang lain. Kita wajib memberikan peringatan kepada masyarakat dari mereka dan bahaya mereka. Apabila kita sudah bisa menyelamatkan dan mencegah mereka dari praktek bid’ah. Dan kalau tidak, maka diharuskan kepada para ulama dan pemimpin umat Islam untuk menentang bid’ah-bid’ah dan mencegah para pelakunya serta meredam bahaya mereka. Karena bahaya mereka terhadap Islam sangatlah besar. Suatu hal yang perlu pula untuk diketahui bahwa negara-negara kafir sangat mendukung para pelaku bid’ah dan membantu mereka untuk menyebar luaskan bid’ah-bid’ah mereka dengan berbagai macam cara, sebab didalamnya terdapat proses penghangusan Islam dan pengrusakan terhadap gambaran Islam yang sebenarnya.
Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, semoga Dia akan menolong agamaNya, meninggikan kalimatNya, serta menghinakan musuh-musuhNya.
Semoga shalawat dan salam tercurahkan keharibaan Nabi Muhammad Shallallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabat-sahabat beliau.